Keluarga Brigadir J ata Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat merasa ada kenjanggalan atas meninggalnya Brigadir J. Hal tersebut diungkapkan oleh pihak keluarga bahwa terdapat beberapa bekas lebam di tubuh Brigadir J yang tewas setelah terjadi baku tembak dengan sesame anggota kepolisian yang terjadi di rumah Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo.

Tragedy tersebut terjadi pada jumat (8/7) pukul 17.00 WIB. Mulanya kronologi yang disebutkan Bharada E yang berada di lantai dua mendengar suara minta tolong dan bergegas menuju lokasi kejadian. Namun sebelum sampai dia melihat Brigadir J yang keluar dari kamar pribadi Kadiv propam dan menegurnya. Namun siapa sangka teguranya kepada brigadier J malah mendapatkan balasan tembakan dan akhirnya baku tembak pun tidak dapat dihindarkan. Brigadir J sendiri merupakan anggota Bareskrim yang ditugaskan sebagai sopir dinas dari istri Kadiv Propam. Sementara Bharada E adalah anggota Brimob yang ditugasi sebagai pengawal Kadiv Propam.



Terkait dengan tragedy ini, pihak keluarga dari Brigadir Nofriansyah yang tewas terkena luka tembak akhirnya buka suara.

Dilansir dari detik, keluarga brigadier J menyatakan bahwa terdapat empat luka tembakan dan luka bekas sayatan di tubuh Brigadir J, bahkan dua jarinya putus.

“yang luka tembak itu 3 di bagian dekat bahu, lalu satunya di tangan,” ujar tante Brigadir J.

Tewasnya Brigadir J juga menurut keluarga terdapat kejanggalan lantaran ada luka sayatan ditubuh.

“jadi yang semalam itu ada keterangan kepolisian Jakarta menyampaikan bahwa di kediaman bapak Irjen Ferdy Sambo terjadi baku tembak, jadi kami nggak puas, kalau adu tembak otomatis nggak ada ini luka sayatan,” ujar roslin.

Roslin juga menyatakan jika selain luka sayatan, terdapat luka dengan dua jari yang terputus.

“dengan adanya luka sayatan lalu dua jari tanganya putus,” sebut Roslin.

Sebelum tewas ditembak, Brigadir J diduga melakukan pelecehan terhadap istri dari Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Namun keluarga merasa tak yakin hal tersebut dilakukan oleh Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

“saya tak yakin ya dengan keterangan itu. Saya butuh bukti ontentiknya seperti CCTV,kalau memang adik saya telah melakukan hal tersebut,” Kata yuni hutabarat selaku kakak kandung dari Brigadir J.

Selama Polisi belum bias memberikan bukti atas keterangan itu, pihak keluargatetap tidak akan percaya.

“jika memang ada buktinya, mungkin kami bias menerimanya, tapi ketika kami tanyakan minta bukti CCTV disebut jika CCTVnya tidak ada,” Ucap Yuni.

Pihak keluarga menilai banyak kejanggalan atas meninggalnya Brigadir J. Bukan hanya luka tembak, tetapi juga beberapa luka memar di tubuh korban seperti bekas dianiaya.

“yang kami periksa ini belum keseluruhan, punggung kaki ya. Itu kami lihat didada agak kekanan ataubahu kanan, terus kami juga tanyakan kok di mata ada seperti bekas sayatan. Tapi kata penyidik itu goresan dari peluru bukan pisau atau benda tajam,” ucap Yuni.

Yuni juga mengatakan jika tidak percaya karena selama hidup Brigadir J tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Dia juga selama menjadi ajudan disana tidak pernah bercerita yang macam-macam. Selalu menceritakan kebaikan dari bapak ibu Irjen Ferdy Sambo yang sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri dan tidak pernah bertingkah yang aneh-aneh. Itu yang membuat keluarga merasa janggal dengan apa yang diberitakan seperti di media bahwa Brigadir J melakukan pelecehan.

Demikian adalah rentetan dari pernyataan pihak keluarga Brigadir Nofriansya Yoshua Hutabarat yang tewas setelah terjadi baku tembak dengan anggota kepolisian lain yaitu Bharada E, di kediaman Kadiv Propam polri, Irjen Ferdi Sambo.