Massa dari demonstran Srilangka menegaskan akan tetap menduduki rumah dari Presiden Srilangka Gotabaya Rajapaksa hingga sang Presiden benar-benar mengundurkan diri.

“presiden harus mengundurkan diri, perdana menteri juga harus mundur, dan rezim pemerintahan harus lengser,” ucap salah satu pemimpin demonstran, Ruwantie de Chikera pada minggu (9/7) seperti dikutip dari Reuters.

Kondisi terkini dari Srilangka dilaporkan sudah lebih tenang setelah sebelumnya kericuhan terjadi dari pendudukan rumah Presiden Rajapaksa dan pembakaran rumah PM Ranil Wickremesinghe pada sabtu (8/7) waktu setempat.

Presiden Rajapaksa sendiri telah mengamankan diri dari pengunjukrasa tepat sebelum masa menggeruduk kediamanya. Pesiden disebut mengamankan diri dibantu para pengawal yang melepas tembakan untuk menghalau masa.




“presiden dikawal menuju tempat yang lebih aman dan tetap menjadi presiden. Saat ini juga sudah dilindungi oleh pasukan militer” kata sumber kepada AFP secara anonym.

Walau keadaan sudah dinyatakan kondusif dan tergolong aman. Pihak aparat masih menginformasikan bahwa masih ada ratusan ribu orang berkumpul di sekitaran kediaman presiden. Mereka menuntut presiden rajapaksa untuk mndur dari jabatanya karena gagal mengurus Negara sehingga terjadi kebangkrutan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Salah satu pejabat srilangka juga menyatakan tidak tau keberadaan Presiden dan sedang menunggu istruksi selanjutnya.

“kami masih tidak tau dimana dia, tapi kami yakin dia aman bersama angkatan laut srilangka,” ucapnya.

“Kami juga masih menunggu instruksi selanjutnya,” tambahnya.

Peristiwa kericuhan yang terjadi di dekat kediaman Presiden menyebabkan tiga orang mengalami luka tembang dan segera dilarikan ke rumahsakit. Sementara 36 orang lainya juga dilarikan kerumasakit karena sesak nafas akibat menghirup tembakan gas air mata.



Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengadakan rapat cabinet mendesak untuk membahas resolusi cepat terhadap krisis politik di srilangka.

Ketidakpuasan public mencuat setelah dipicu dari bangkrutnya Srilangka, hal tersebut berimbas banyak terhadap wilayah dari sekolah yang ditutup hingga penjatahan bahan bakar hanya dikususkan untuk layanan public.